Senin, September 22, 2008

Sahabat Surgaku ...

Wah begini rasanya sudah berada di perairan tempatku berasal. Perairan yang dulu begitu nyaman tatkala kuselami. Sekarang….. entahlah…. Tapi aku belum menemukan kenyamanan itu. Apakah karena mutiara2 itu belum sepenuhnya kulihat dan kujumpai ??
Kerangku sekarang kurasakan berbeda dengan kerangku yang dulu. Entahlah….. apa karena aku terlalu lama menyelami lautan yang luas nun jauh disana ?? Terasa berbeda memang, tapi kuharap lautanku disini juga akan seindah lautan disana.
Begitu nyampe rumah, hanya ada Mom n dek Unhy. Syukur2 waktu itu ada Caca n Beby. Mereka lagi break di Ambon. Tapi besoknya, mereka kembali ke Piru. Menunaikan tugas negara. Papa belum datang, begitu pun dek Egha yang insyaAllah baru pulang 27 september.
Waktu di bandara Juanda, Tante, Om n Mbak yang nganterin. Truz disusul Juwairiyah n Fathimah, 2 saudara yang kucintai karena Allah. Aku pengen nangis lihat mereka berdua, tapi aku capek mengeluarkan airmata beberapa hari sebelum pulang. Aku hanya pengen mereka tahu, bagiku… Mereka begitu berarti.
Oh… aku merindukan saat2 pergi ta’lim. Pulang n nginep di Baitul Ghuroba’. Belajar, bercanda, curhat, share and so on. Aku pengen mendengar Fathimah berceloteh, mengkritik, apapun itu selalu disangkutpautkan dengan keahliannya didepan layar 14”. Keinginannya untuk berbisnis dan yang paling penting, keinginannya menyudahi masa single-nya sebelum usia 25. Wah bareng ya Fath ;). Amiiin…
Kamar transitku, kamar no 2 dari pintu masuk. Kamar “cinta” Juwairiyah. Kamar tempatku melepas penat. Kamar tempatku berbagi cinta. Oh… aku pasti merindukan kasurmu. Aku ingat, selalu diwanti2 karena kasurnya akan kempes sebelah, hihihi…. Juwai pasti akan protes. Oh Juwai…
Beralih ke sebelah, ada kamar yang dulu di huni Maemunah, Mbak Umi, Mbak Rahmah, Khodijah (sebelum akhirnya pindah bergabung dengan Juwai, setelah ditinggal nikah Mbak Zainab) n juga Dyah. Tau gak, nih kayaknya kamar “keramat” deh. Soale yang pada huni kamar ini, kayaknya setelah yang satu nikah tertular ke yang lain deh kecuali Dyah (InsyaAllah cepat nyusul yah…. Amiin…).
Beralih ke lantai 2, ada kamar dek Zahro’ yang qt jumpai pertama kali. Ne kamar juga kadang aku gunakan sebagai kamar transit. Truz kearah depan, ada kamar yang dihuni “The Great Mom” Ummu ‘Abdul Hafidz. Duh… jadi rindu semua nih…
Aku berterima kasih banget, temen2 dah mau mengisi buku kenanganku. Kalau aku rindu n kangen, aku buka2 n baca lagi tulisan kalian.
Khod, aku pulang karena memang takdir menuntunku untuk pulang. Kalau boleh memilih, aku masih pengen bersama kalian. Tapi… tiap pertemuan pasti ada perpisahan kan ?? Anti juga meninggalkan ana dengan menikah duluan, padahal kan dulu, qt rencananya bareng, hehehe… . Masalah jodoh, ana percaya itu rahasia Allah. Kalau udah waktunya, siapapun ia, darimana pun ia, PASTI qmi akan dipertemukan juga. Duh jadi pengen….
Fath, hehehe kapan nih dapat misua-nya ?? OK semoga tahun depan qt menemukannya ya… Amiin… (kok mupeng ya ;) ) Duh Fath, aku pengen banget share banyak hal ma kamu. Koq waktu 3 tahun terakhir kemarin tidak ana pergunakan dengan baik yah? Ana masih pengen bahas Hypno Birthing, tentang internet, web2 yang penting untuk ana de el el. Duh, koq sepertinya waktu yang kemarin terbuang sia2 yah…
Juwai… banyak hal yang ingin ana ungkapkan padamu. Wallahi, kau salah satu hal terindah yang ana temui di perairan Jawa. Kau, orang pertama yang menarikku mengenal lebih jauh Salafiyyah di awal aku kenal. Kau juga yang mengenalkanku pada Ummu Ahmad, yang darinya ana belajar kesederhanaan. Kau, yang selalu membantuku tatkala ana butuh bantuanmu walaupun kau capek. Juwai, banyak kesalahan yang ana lakukan. Kau, kakakku. Aku tidak pernah menyesali pertemuan kita. Bukan ruang sederhana yang akan aku siapkan untukmu, tapi akan kusiapkan ruang yang luas yang akan selalu kutengok dan bercengkrama serta berbagi.
Mba Zainab, wah ane belum sempet pamit. Mbak, ana kangen masakan anti. Ingat waktu itu ane nemenin anti di kost disaat yang lain pulang, anti masakin sayur dan perkedel tahu untuk santap malam kita. Truz waktu idul adha jg, semua pada pulang. Bertiga ma zahro’, qt buat sate kambing yang sebelumnya qt berdua pergi ke ma’had ngambil daging.
Duh… banyak kenangan yah…
- Yang sering nginep di kost Juwai yang lama…
- Berangkat ikut Bahasa Arab bareng n klo pulang malam, nginep di kost Mb Za / Khod (yang lama).
- Juwai, Mb Za waktu tu nginep di kost ana. Paginya qt jalan pagi n mampir pasar, belanja. Qt masak ayam rica2. wah… sedapnya… (gaya Upin n Ipin)
- Tiap kali ada daurah, qt (ana, Mb Za, Khod) nginep di kost Juwai dan qt berangkat bareng,
- De el el
Ukhty Dyah n Emma. Pertemanan qt yang singkat memberikan ana banyak pelajaran yang berarti. Ana bangga melihat semangat kalian. Subhanallah. Wah… jadi pengen murajaah nahwu bareng lagi, trus meng-I’rab. Udah pada bias belum ?? Semoga dimudahkan yah…
Duh… jadi kangen….. Sungguh semuanya indah.
Banyak pelajaran yang ana petik. Subhanallah… Duh udah gak sanggup nulis lagi. Bisa2 nangis nih. Tapi akan selalu tersimpan rapi dalam memory ana. Afwan atas segala salah. Afwan jika ada yang terdzolimi dengan sikap ana de el el. Afwan jiddan…
Semoga kebersamaan qt erat hingga saat dipertemukan kembali di Jannah-Nya, amiin insyaAllah. Jazaakunnallaahu khoiran katsiran.
Wallahi….Ana uhibbukunna fillah…..

Jumat, September 19, 2008

Fathimah Bertutur ...

Aisyah Pulang…

Jika laki2 diciptakan berpasangan dengan perempuan..
Maka perjumpaan diciptakan berpasangan dengan perpisahan


Dulu, penghuni Baitul Ghuroba ada …Mb Zainab, Juwairiyyah, Khodijah, Mb Ummi, Mb Rohma, Maimunah, Ummu Abdul Hafidz, Dyah , Zahro , aku dan satu penghuni tidak tetap Aisyah…

Kami semua mungkin tidak pernah menyangka akan bertemu disini..menjadi akrab dan kemudian bersahabat..

Tapi kami semua sadar, bahwa suatu saat nanti kami akan berpisah…

Ketika Mb Za dilamar ‘sang Imam Mushola’, dia harus pergi mengikuti suaminya dan kemudian meninggalkan kami…

Ketika Maimumah ‘nekat’ pulang, dengan berbagai macam halang rintang yang ada di depannya…kami sadar, kami akan berpisah dengan dia…

Ketika Mb Ummi akhirnya menerima pinangan ‘sang dokter’ kami sadar, kami akan kehilangan seseorang yang biasanya memanggil mesra “sayang” kepada kami…

Ketika keinginan Mb Rohma menikah dengan ‘pelaut’, kami sadar, dia pun akhirnya akan pergi…

Ketika Ummu Abdul Hafidz ‘the great women’ , si ibu luar biasa harus terus berjuang mencari ‘kesembuhan’ buat si ganteng…kami sadar, kami tidak bisa melihat senyum manisnya lagi…

Kemudian ketika doa Abu Nabil terkabul, kami pun harus kehilangan Khodijah, salah seorang sahabat terbaik kami…

Ketika Dyah, akhirnya memutuskan untuk pulang…kami pun tak bisa menghalangi dia kembali pada keluarganya…

Dan sekarang…..Aisyah, memutuskan hal yang sama…

Aisyah pulang ke kampung halamannya..

Pulang ke tempat pertama kali dia mengenal dakwah yang haq … ke sebuah tempat , dimana dia akan menemukan kebahagiaanya yang lain bersama kedua orang tuanya, Caca, Ca Ebi, Ega dan Uni…dan mungkin bersama dengan ‘seseorang’ , sang calon pemimpin rumah tangganya…

Hmm…udahan ya melankolisnya bok ;P

Sekarang giliran Sanguinis berkomentar dan bercerita…(huek). Pertama kali denger Aisyah mo pulang, rasanya antara biasa2 aja, campur agak2 sedih (agak lo yaa ;P) , campur2 kaya es campur…. Soalnya dalam hati merasa gini : “weks kayaknya waktunya hengkang juga ni, semua orang dah pada pergi, masa aku masih disini bo” …keliatan banget kalo blom laku ..wekekeke.. ;D

Hehe bercanda… pikiran dewasa ana mulai berkata : “iya…setiap orang, mau ga mau, pada akhirnya harus menjalani kehidupan masing2”, ga selamanya kita semua disini…suatu saat nanti ana juga akan pergi..

Momen kehilangan teman, ibarat sebuah siklus…tapi aku yakin, setiap momen perpisahan menunjukkan bahwa kita akan menuju sebuah “level” berikutnya dalam hidup kita…

Inget2 ini nih : pisah sama temen2 SD kita sediih, tapi itu artinya kita akan masuk SMP..3 tahun berikutnya pisah lagi sama temen2 SMP dan kita masuk SMA, 3 tahun kemudian kita lulus SMA nangis2 lalu kita kuliah…lulus kuliah nangis2 lagi…ada yang nikah…ada yang nerusin kerja….

Ujung2nya nanti…mau ga mau, kita pasti akan berpisah dengan orang2 yang kita sayangi, ketika kematian menjemput…Tapi mudah2an dengan kasih sayang dan rahmat Allah, kita yang bersahabat karenaNya akan dipertemukan lagi di surga kelak..Amiin

Tidak semua perpisahan menunjukkan akhir dari segalanya, apalagi sebuah persahabatan..Justru dengan adanya jarak, kita jadi punya rasa rindu, dan perasaan bahagia ketika bertemu kembali…

Semoga kepulangan Aisyah, tidak menjadikan kita lupa pada dia, pada semangat dan kegigihannya…Semoga semua kenangan yang telah dia lukiskan pada kehidupan kita akan membuat kita selalu ingat pada dia…

Terakhir….semoga Aisyah cepet dapet jodoh yee…. ;P

P U L A N G

Lembaran putih MS Word tersaji di depan mata. Jemari pun sudah siap di atas keyboard. Mata tertuju pada pada lembaran kosong tanpa tau harus memulai dari mana. Sontak aku kebingungan menulis, mengurai apa yang sedang berkecamuk di dada, di pikiran dan bagaimana harus menjelaskannya dalam kata-kata. Hanya satu kata yang terus menerus berputar di benak. 6 karakter yang membayangi aku di bilangan hari belakangan.

P.. U.. L.. A.. N.. G

Ah, kenapa kata-kata itu terus menghantui. Jujur, bukan sebuah kepulangan yang membuatku sedikit (agak) gelisah. Toh, disana memang rumahku. Tapi sesuatu yang tak bernama itu (atau mungkin aku yang tak tau namanya) menggelisahkan.

Mari kusederhanakan kebingunganku sendiri, apa aku bisa menemukan iklim yang sama untuk ruhiyahku? Terus, apa memang disana tempatku bisa berarti? Apa bedanya disana atau disini? Disini aku juga bisa mencoba berarti. Paling tidak itu yang aku yakini, bahwa keberartian tidak tergantung pada tempat karena keberartian muncul dari upaya diri menjadikannya berarti.

Lalu juga, apakah disana ada yang bisa aku lakukan?
Untuk yang satu ini, aku teringat perkataan beby, my sista, ”datanglah dulu, lihat apa yang bisa kau lakukan. Pasti ada, hanya belum tahu”

So, disinilah aku sekarang. Pada ambang keputusan dan kepastian langkah bahwa kaki ini harus kugerakkan pulang. 6 tahun memang bukan waktu yang lama, tapi juga bukan waktu yang singkat kan teman? Tiba saatnya kembali seperti xxxx berkata ”I Shall return”. Aku tahu pada awalnya sulit, tapi ini hanya masalah waktu. Yakin, perlahan aku akan dapat mengetahui makna kembaliku kesana hingga dengan gagahnya aku bisa bahagia karena pernah (telah) memutuskan pulang.

Mungkin gak perlu sedramatis dan semelankolis ini. Seperti yang sudah aku gambarkan di depan, bahwa 6 tahun tidak lama, tapi juga bukan waktu yang singkat untuk menorehkan kenangan di perantauan ini. Terlalu banyak kenangan yang memenuhi rongga dada dan benakku. Kusadari kemudian kenangan hanya kenangan, dan kita tentu saja tidak bisa hidup dalam kenangan. Menjemput masa depan, itu pilihan yang harus diambil dan memori-memori indah yang tercipta adalah batu lompatan tempatku berpijak melompat lebih tinggi.

Use action to cure fear. The most difficult time to take action is the very first time. After the ball is rolling, you’ll build confidence and things will keep getting easier. Kill fear by taking action and build on that confidence.
Huh, ini yang harus terus menerus aku ngiangkan di telingaku sendiri agar ia mengendap di dinding-dinding otak dan menetap di lipatan benak. Bahwa aku hanya harus memulai satu langkah kecil dan langkah-langkah berikutnya akan terayun dengan sendirinya.

Doakan aku kawan, agar petualangan ini indah.

Kamis, September 18, 2008

Pelajaran Hidup, Pengalaman Yang Tak Ternilai

Waktu itu sempat baca blog temen (Fathimah). Eyha tersentuh banget baca artikel-nya "Pelajaran Pagi Hari, dari Jalan Raya", memberi Eyha banyak pelajaran hidup. Bahwa hidup ini keras, butuh perjuangan dan kerja keras klo mw sukses, paling gak klo mw makan. Beruntung diri ini tidak harus sekeras yang mereka jalani. Tapi betul kata teman, kenapa kita justru masih malas dan kurang bersyukur ??

Dan hari ini, Eyha mendapati sebuah pelajaran hidup yang sangat berharga. Untuk mendapatkannya, tidak perlu melewati 4 tahun di bangku kuliah, tidak perlu kursus di lembaga ternama hanya untuk mendapatkan sertifikat. Semua ini di tempa karena kerasnya hidup, demi sesuap nasi, demi memberi makan diri ini dan keluarga dari sesuatu yang halal. Pekerjaan yang berbarakah adalah yang dihasilkan oleh kedua tangan ini.

Ceritanya, habis packing untuk pulang (wah....ceritanya Eyha bakal meninggalkan Surabaya....), dapat 6 coli. Truz nyari carteran pick up untuk diantarkan ke Ekspedisi di jalan Samudera. Di mobil, banyak berbincang dengan Pak sopir yang baik hati. Belajar dari beliau cara mensyukuri hidup dengan apa yang beliau jalani sekarang. Kemudian karena ada 1 kardus yang harus dipetikan dulu, kita ke jalan Bongkaran. Setelah muter jalan tersebut 2x, dapat juga salah satu tempat mempetikan tsb. Awalnya hanya mandangin aja, tapi lama tertarik melihat pekerjaan mereka. Dengan cekatan sang Bapak mengukur panjang, lebar dan tinggi kardus. Kemudian mencari kayu yang sekiranya sesuai ukuran. Dan mulailah beliau mengetok sana sini.

Kayu, paku, palu dan gergaji. 4 alat utama yang beliau gunakan. Saking seringnya, terlohat begitu mahir memainkan 4 alat ini. Subhanallah...

Jadi teringat pelajaran Modifikasi Perilaku, waktu itu diberi tugas membuat Kompetensi Perilaku. Ugh, waktu diberi contoh ma Bu Wiwik adl pekerjaan tambal ban, cuci motor dll, pekerjaan yang bagi kita, ah.... gak ada nilainya.

Teman2 pun mencari pekerjaan yang menurut mereka lebih layak disebut pekerjaan. Apalagi Aku, yang dengan bangganya saat itu mengambil job Announcer sebagai pilihan tugasku. Tak urung, sang reporter baru yang baru aja menang dari pemilihan pembawa acara "SCTV Goes to Campus" pun ku gandeng. Tak ayal, jika pagi hari wajahnya nongol di TV menyiarkan berita Live, teman2 pasti akan memberitahuku.

Padahal, lihatlah disini.....suatu pelajaran hidup yang tidak butuh diadakan pemilihan terlebih dahulu. Yang terpenting adalah ketelitian, ketekunan dan kegigihannya. Juga kelincahan ini memainkan 4 alat tersebut. Subhanallah... tangan yang begitu terampil.

Apalah diri ini, bahkan tangan ini pun belum dapat menghasilkan apa2. Tapi...kenapa ia selalu malas ?? Belum tentu juga ketika bangun, diri ini bersyukur karena masih mendapati 2 tangannya yang utuh. Malah, tatkala kasar tangan ini, cepat2 mencari handbody untuk menyelamatkannya dari kulit kasarnya.

Ugh....diri.... kenapa masih banyak yang belum kau syukuri...???

Terima kasih untuk hari ini. Terima kasih untuk Pak sopir dan Pak "peti", terima kasih untuk pelajaran hari ini.
Pelajaran yang begitu indah....Subhanallah...

Rabu, September 17, 2008

RENUNGKANLAH WAHAI SAUDARAKU.....

" KETIKA AJAL MENJEMPUT "

Sungguh sesuatu yang tak terkira
Ketika ku harus berpisah...
Dengan orang yang ku cintai...
Timbullah penyesalan di hati
Ketika ku sadari
Semua tlah terjadi...

Disaat kita tak bisa hadir
Pada detik-detik pertemuan terakhir
Ketika ajal menjemput
Pada orang yang ku cintai...

Wahai saudaraku...
Kematian adalah sesuatu kepastian
Yang tak bisa dihindari
Tiap-tiap yang berjiwa
Pasti akan merasakan mati...

Melupakan kematian...
Akan menimbulkan penyesalan
Karena dia sebuah jalan
Menuju suatu tempat
Karena dia adalah awal dari sebuah perjalanan yang panjang...

Dia bagaikan gerbang...
Dimana manusia akan mendapatkan
Segala macam kenikmatan dan kebahagiaan
Atau memperoleh berbagai siksaan
Kehinaan dan kepedihan...

Wahai saudaraku...
Apakah kita tlah mempersiapkan diri...
Menghadapi ajal yang kan menghampiri...

Bandung, 14 september 2008, pukul 23.30 -- selesai


" MATI "

Mati...
Mati adalah sebuah ketetapan Allah
Dan Mati adalah roda yang diputar
Ditengah-tengah makhluk,
Ibarat gelas minum yang digilir untuk mereka...

Tiap yang berjiwa
Pasti bernyawa
Tiap yang bernyawa
Pasti kan meminumnya...
Itulah sang penghancur kenikmatan...

Sesungguhnya...
Malaikat Maut itu bisa melewatimu
Lalu mencabut nyawa selainmu
Kemudian melewati selainmu
Akhirnya...
Dia mencabut nyawamu...

Ingatlah mati sang penghancur kenikmatan
Dengan mengingat mati,
Angan-anganmu pun kan sirna...


" ANDAI "

Andai aku diberi kesempatan meminta...
Ku kan memohon maaf dan ampunan...
Berapa banyak orang yang tidur dalam kenikmatan...
Begitu datang malam berikutnya
Tiba-tiba ia telah tiada...(Innalillahi wa Innalillahi raji'un)

Tiga rangkaian puisi diatas, dikirim oleh seorang saudara fillah, yang berharap saudaranya ini dapat terus mengingat kematian agar semakin jauh dari gemerlapnya dunia ini.
Jazakumullahu khairan katsiran untuk semua nasehatnya. Semoga qt dapat terus memuhasabah diri ini. Allahu yubaarik fiik.